EFEK DARI SELF INJURY
Apakah itu Self Injury?
Self Injury merupakan salah satu penyakit psikologis yang akhir-akhir ini banyak diderita oleh beberapa orang yang menderita trauma secara psikis. Self injury sebenarnya dapat diartikan sebagai menyakiti diri sendiri atau menganiaya diri sendiri agar mendapat kepuasan yang diinginkan. Sebenarnya penyakit ini merupakan kelainan yang terjadi akibat depresi, dan juga stress yang berkepanjangan. Berikut adalah beberapa macam self injury, seperti yang dikutip Sbobet Casino.
Self Injury ringan, ialah kelainan menyakiti diri sendiri namun masih dalam taraf yang wajar. Sebenarnya tanpa kita sadari kita juga sering melakukan self injury dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satu contoh self injury ringan ialah diet. Diet sebenarnya baik untuk kesehatan tubuh. Namun jika berlebihan efeknya akan berbahaya. Selain itu self injury ringan dapat berupa memencet jerawat, dan mengopek luka yang akan kering.
Self injury sendiri merupakan kelainan psikologis yang jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari bukan karena jumlah kasus ini sedikit namun karena kasus-kasus yang ada merupakan suatu “fenomena gunung es”. Saat ini terdapat kecenderungan semakin meningkatnya jumlah remaja dan dewasa muda yang melakukan self injury sehingga topik ini harus dipahami dengan lebih baik.
Secara ringkas self injury didefinisikan sebagai mekanisme coping yang digunakan seorang individu untuk mengatasi rasa sakit secara emosional atau menghilangkan rasa kekosongan kronis dalam diri dengan memberikan sensasi pada diri sendiri.
Self injury merupakan mekanisme coping yang kejam dan merusak namun banyak orang melakukannya karena memang mekanisme tersebut bekerja dan bahkan bisa menyebabkan kecanduan.
Menurut Patti Adler, seorang professor sosiologi di University Colorado, melihat perihal menyakiti diri sendiri sebagai semacam “pertolongan diri”, daripada ekspresi yang mendekati bunuh diri. Melukai diri, menurutnya, cenderung mengarah pada mengurangi ketegangan, euforia, perasaan seksual yang meningkat, kemarahan, kepuasan keinginan menghukum diri sendiri, keamanan, keunikan, manipulasi orang lain, dan membantu dari perasaan depresi, kesepian, kehilangan, dan keterasingan.
Oleh karena itu, self injury dibedakan dari bunuh diri walau keduanya sama-sama menyebabkan luka fisik pada tubuh. Perilaku ini bertujuan untuk mencapai pembebasan dari emosi yang tak tertahankan, perasaan bahwa dirinya tidak nyata, dan mati rasa.
Dorongan untuk menyakiti diri sendiri selalu muncul bagi orang-orang penderita self-injury. Orang-orang seperti ini merasa tenang jika sudah terluka dan merasa bisa lebih mengontrol dengan menyakiti diri. Seperti dikutip dari BBCNews, ada beberapa hal yang diduga bisa menjadi penyebab orang suka melukai dirinya sendiri, yaitu:
Merasa putus asa mengenai suatu masalah dan tidak tahu ke mana harus mencari bantuan. Hal ini akan membuat seseorang terjebak dan tidak berdaya, sehingga dengan menyakiti diri sendiri akan membuat orang tersebut merasa lebih terkontrol.
Perasaan marah atau tegang yang rasanya seperti mau meledak. Hal ini membuat ia berpikir dengan merugikan diri sendiri dapat mengurangi ketegangan yang ada.
Perasaan bersalah atau malu yang tidak tertahankan. Menyakiti diri sendiri menjadi caranya untuk menghukum dirinya.
Merasa terpisah antara dunia dan tubuhnya. Menyakiti diri sendiri bisa menjadi cara untuk mengatasi pengalaman yang menyedihkan seperti trauma atau pelecehan dan juga menghindari rasa sakit dari memori yang ada
Melukai diri sendiri bisa menjadi musuh nomor satu yang tidak kalah membahayakan diri baik secara fisik maupun mental. Biasanya ini terjadi tanpa disadari, yaitu saat kita sedang merasa down, kecewa, sedih atau sesekali merasa kurang percaya diri.
Pelaku yang melukai diri sendiri sadar bahwa perbuatan yang dilakukan hanya menyebabkan pembebasan yang bersifat sementara dan tidak mengatasi akar permasalahannya. Namun bila tidak diatasi dengan benar dan cepat, akan memiliki kecenderungan untuk mengulanginya dengan peningkatan pada frekuensi dan derajat kerusakan secara fisik yang ditimbulkannya.
Kesalahan konsepsi yang lazim dijumpai dalam self injury adalah bahwa masyarakat umum menganggap bahwa tindakan ini dilakukan oleh pelakunya untuk mencari perhatian semata. Sedangkan dalam kenyataannya, banyak pelaku self injury yang sangat menyadari keberadaan luka pada tubuh mereka dan berusaha menyembunyikannya dari orang lain.
Jika dipertanyakan oleh orang lain bagaimana mereka memperoleh luka-luka tersebut maka biasanya mereka menjawab bahwa luka-luka tersebut diperoleh dengan cara lain misalnya saja kecelakaan atau lainnya.
Walaupun perilaku ini nampaknya ekstrim namun sebenarnya kita tetap dapat melihat perilaku self injury dalam kelompok masyarakat yang ’sehat’. Misalnya menggigiti kuku, memencet jerawat, atau menggaruk bekas gigitan nyamuk sampai berdarah.
Ada banyak juga orang-orang yang rela mengikuti diet hingga kelaparan hanya supaya dapat memakai celana ukuran tertentu. Jadi harus diperhatikan bahwa sebenarnya banyak orang yang melakukannya namun yang harus diperhatikan adalah bila kegiatan ini sudah membutuhkan perhatian khusus karena dilakukan secara berulang.
Yang bisa dilakukan untuk menolong orang yang suka melukai diri sendiri adalah dengan menjadi ‘tempat sampah’ untuk mendengarkan cerita mereka dan berusaha untuk mengarahkan masalahnya ke arah yang benar. Satu hal yang pasti, perlu bantuan professional seperti psikiater atau konselor untuk mengatasi masalah self injury-nya.